Tulisan ini tak akan mengkaji pertentangan pendapat yang menganggap Mandailing sebagai sub-etnis dari sukubangsa Batak, Sumatera Utara dan Mandailing sebagai suatu etnis sendiri yang terlepas dari Batak. Terserah anda menyebutku orang Batak, Mandailing, atau bahkan Batak Mandailing sekali pun.
Dalam darahku mengalir darah Mandailing dan Minangkabau. Setidaknya saya menerima yang didoktrin oleh keluarga tersebut hingga memasuki bangku perkuliahanku di Antropologi Universitas Sumatera Utara. Selama ini aku hidup dan mengikuti kebudayaan Minangkabau. Bahasa Minangkabau jangan ditanya lagi, udah pasti faseeh karna aku dihidupkan secara Minang. Tapi aku juga bersyukur pada Tuhan karna diberikan kemampuan untuk menguasai bahasa Mandailing. Belajar secara ototidak karena semenjak kecil selalu diajak pulang ke kampung ibu kami. Bahkan semenjak tinggal di Medan aku mulai bisa berbahasa Toba. Itu karena aku suka mendengar lagu Batak Toba dan hidup bersama mereka. Lagian bahasa Batak Toba tidaklah pala jauh berbeda dengan bahasa Mandailing. Masih satu rumpun. Tapi aku agak sedikit kesususahan untuk mempelajari bahasa Karo yang mendiami utara Sumatera Utara ini.
Hingga suatu hari Tuhan memberikan jawaban pertanyaan di atas. Entah kenapa aku tertarik untuk membuka buku lusuh itu. Yapz itu buku raport ayah ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Awalnya aku hanya melihat lembar-lembar nilai dan catatan guru. Hingga akhirnya tertarik dengan pas photo ayah muda di halaman depan. Rambut ikal pria muda yang menjadi pesonanya. Dan apa yang menarik??? Hassan Basri Lubis, begitulah nama ayah bapak yang tertera dalam lembar pertama tersebut. Ompung (oppung), Inyiak, Atuk, atau entah apa tutur kekerabatan yang pantas ku ucapkan kepada beliau. Yang jelas aku tak pernah kenal siapa sosok kakekku tersebut. Tidak dikenalkan atau mungkin tak mau kenal itu kata yang lebih pas. Harusnya dari dulu aku mempertanyakan hal ini kepada ayah.
LUBIS orang bilang akronim dari LUAR BIASA, tapi jangan tutup mata ada juga yang bilang LUBANG BISUL hahahahahah. Terserah lah yang jelas aku bisa menarik suatu kesimpulan. Kakek kami bermarga Lubis, orang Mandailing yang kawin dengan nenek kami bersuku Jambak dari etnis Minangkabau. Mungkin karena kampung halaman kami terletak di daerah perbatasan antara Sumatera Barat dan Sumatera Utara, percampuran seperti ini kerap terjadi.
Berarti ayahku Lubis. Tapi kenapa ayah tak pernah bercerita kepada kami anak-anaknya??? Darah Minang lebih mendominasi dalam diri ayah. Jangankan adat, sekedar berbahasa Mandailing saja ayah tidak bisa mengucapkannya meskipun mengerti. Haruskah kusalahkan ayah??? Tak bisa kawan J itulah pilihan hidup beliau dan kita harus menghargainya.
Dan tahukah kalian??? Pasti gak tau karna aku belum kasih tau hehehehhehe. Ibu kami adalah seorang Mandailing tulen. Macamana tidak. Ompung dan nenek kami adalah orang Mandailing. Telusur punya telusur rupanya ompung dan nenek kami melakukan pernikahan semarga (baca: Lubis sama Lubis). So aku harus bilang wow gitu ??? hehehehhe. Agak sedikit menyimpang memang dari adat yang berlaku bagi notabene etnis Batak. Nikah semarga itu sama dengan nikah dengan saudara sendiri atau orang antropologi bilang taboo. Entah lah yang jelas bukan keluarga kami saja yang melakukan hal tersebut. Bahkan aku punya beberapa friend di akun Facebook yang memiliki nasib serupa. Mereka bilang bahwa dalam hal ini masyarakat ingin mencoba lepas dari kukungan adat. Asalkan seagama yang mayoritas Islam, mereka pun melakukan perkawinan semarga. Perkawinan semarga disini tidaklah dengan saudara kandung. Meski sesama marga Lubis tapi mereka berasal dari kampung yang berlainan.
Ah ya mau diapain lagi semua sudah terjadi. Aku berjanji kelak tak akan mengulangi pernikahan semarga lagi seperti yang dilakukan leluhur dan kedua orang tuaku. Setidaknya aku mencari Boru Nasution yang menjadi jodoh ideal katanya, orang Mandailing bilang istilahnya boru tulang. Aku paham betul hal itu mungkin aku lebih paham dari ayah, ibu, keluarga, bahkan nenekku. Di sini aku belajar martarombo.
yang aku tau klo perkawinan semarga sama halnya kita kawin dengan saudara sendiri, n mungkin ortumu g' pernah mau membahas tentang kakek nenekmu karena dalam hukum adat mereka tidak dianggap lagi katanya juga jika kita kawin dengan saudara semarga ada kemungkinan nanti anak kita lahir dalam keadaan idiot
:) :)
kamu batak toba bro percayalah marga lubis termasuk punguan raja borbor marsada termasuk marga harahap,matondang
mandailing itu hanyalah sebuah daerah bukan suku kalau gak percaya lihat google lah apakah lubis termasuk batak toba.soekarno pernah berkata jangan sekali kali melupakan sejarah dan mengubah sejarah.
memang benar apa adanya apa yang disampaikan penulis ini,bahwa adat mandailing kebanyakan menikah semarga,marga lubis kebanyakan berada di daerah mandailing(Tapsel),mungkin sebagian dari mereka menganggap nikah dgn semarga sudah biasa,beda dengan batak toba yang menganggap itu sebuah taboo,itulah perbedaan budaya batak diantara orang batak dan wilayah.tp dalam hal persaudaraan kita tetap yang terbaik diantara suku batak di indonesia,persatuan batak sangat kental diantara kita sangat kua,karena adanya tarombo batak.saya marga purba tapi bila dimandailing saudara saya semarga adalah marga Rambe,dan di batak karo marga tarigan
mantap, salut dgn kau lae, masih mau peduli dgn budaya nenek moyang, walau sudah dipengaruhi budaya berbeda, aku salut dgn kata kata ini :
Aku berjanji kelak tak akan mengulangi pernikahan semarga lagi seperti yang dilakukan leluhur dan kedua orang tuaku. Setidaknya aku mencari Boru Nasution yang menjadi jodoh ideal katanya, orang Mandailing bilang istilahnya boru tulang. Aku paham betul hal itu mungkin aku lebih paham dari ayah, ibu, keluarga, bahkan nenekku. Di sini aku belajar martarombo.
jawaban tuk postingan ini mungkin agak susah,,, tapi saya selaku org minang dan masih mempelajari suku2 yg lain di indonesia,,,mungkin dari keturunan org batak(garis besar)/suku di sumut patrilineal,,, sedangkan minangkabau matrilineal...kenapa ayahmu mendominasi darah minang???kamu org mandailing/minang??? kamu baca sejarah mandailing,,berasal dari mana???? marga dipostingan kamu semua marga dari mandailing!!! suku mandailing yaitu suku/marga pemekaran/pecahan/anak dari marga suku minang kabau yg dahulu merantau kesumatera utara yaitu dari suku koto piliang!!!! dan itulah sampai sekarang org mandailing tidak mau dibilang org batak... itu lah sedikit pencerahan buat kamu kenapa ayahmu mendominasi darah minang bkn darah mandailing karna darah mandailing sendiri berasal dari suku org minang itu sendiri...terima kasih
Mandailing Bukan Batak
Dalam rangka devide et impera, banyak sejarahwan asing yang dipengaruhi pemikiran Gubernur Jenderal Hindia Timur Thomas Stamford Raffless dalam rangka kristenisasi, menjadikan Mandailing menjadi sub etnis dari Batak. Secara administrasi, pemasukan Mandailing dalam sub etnis Batak dimulai pada masa pemerintahan Belanda pada awal abad ke-20 lalu, walau pun orang-orang Mandailing yang diwakili raja-raja Kuria menolak untuk disub etniskan dalam etnis Batak. Akibatnya muncul peristiwa yang dikenal sebagai Riwajat Tanah Wakaf Bangsa Mandailing di Soengai Mati, Medan pada tahun 1925, hingga berlanjut ke pengadilan.
Akhirnya, berdasarkan hasil keputusan Pengadilan Pemerintahan Hindia Belanda di Batavia, Mandahiling diakui sebagai etnis terpisah dari Batak, karena berdasarkan de facto, etnis Batak sendiri sebenarnya lebih muda dari etnis Mandailing. Berdasarkan silsilah yang diakui etnis Batak sendiri dalam Tarombo Si Raja Batak,- Si Raja Batak merupakan nenek moyang orang Batak, ibunya yang bernama Deak Boru Parujar berasal dari etnis Mandailing. Jadi sebelum ada etnis Batak, etnis Mandailing sudah ada. Etnis Mandailing sendiri, menurut silsilahnya berasal dari etnis Minangkabau.
Sumber : https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandahiling
Saya selaku marga lubis si baitang sungguh menyalahka pendapat anda, coba baca ini
http://asalusulmargalubis.blogspot.com/2012/04/asal-usul-marga-lubis.html?m=1